Entri Populer

Rabu, 07 Desember 2011

Bersama Kita Libur


Ke Hutan Lindung Teluk Jambe, liburan sambil nganter sumbangan

HARPITNAS alias HAri kejePIT NASional begitu istilah guyonannya. Memang, pada Jumat 13 Mei, Menteri Agama Suryadharma Ali , Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar , serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Mangindaaaan mengeluarkan keputusan bersama untuk menjadikan Senin 16 Mei 2011 sebagai hari libur bersama. Cihui .... Alhamdulillah.

Sedangkan Menko Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menyatakan, keputusan tersebut dikeluarkan dalam rangka efisiensi dan efektivitas hari kerja. Hm boleh lah masuk akal.... yang penting libur alias ga bolos.

Hmm... ngapain ya di Harpitnas? Bayangkan, kalo dihitung dari Jum’at berarti empat hari liburan. Empat hari bayangin .... Bagi yang kantong tebal emang ga masalah, tinggal tentukan lokasi wisata terus telepon agen tiket, terbang deh.

Persoalannya, inikan tanggung bulan. Jalan-jalan kan harus ada dana. Tapi, kita juga ga mau kalah dengan mereka yang berkantong tebal. Sebagai petualang sejati, justru seninya disini, kalau hasrat sudah meledak-ledak ga bisa ditahan, ya harus berangkat. The show must go on, cenah cek urang (Jawa) Barat.

Sayangnya badan lagi ngedrop setelah menempuh Jakarta – Kuningan PP, untuk Taziyah nenek yang meninggal di usia 90-an. Innalillahi wa inna ilaihi ro jiun . Beliau, Tarinah yang biasa aku panggil Mak Tinah boleh di bilang anak Uyut yang terakhir yang meninggal. Allahumagfirlaha warhamha wa’afihi wa’fuanha. Habislah sudah anak uyut Mariah, sekarang kehidupan diteruskan oleh generasi berikutnya. Begitulah siklus kehidupan.


Setelah diguncang bis malam, paginya aku harus ke Jati Asih Bekasi menemui Pak Aceng, pengusaha Herbal di Jati Asih Bekasi.  CV. Toga Nusantara adalah Produsen Obat Alami, yang sudah mendapatkan izin resmi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) serta sudah mendapatkan Sertifikat Halal MUI. Produksi Kami adalah obat dari bahan alam tanpa campuran bahan kimia, yang diawasi langsung oleh apoteker sebagai penaggung jawab, untuk menjaga kualitas produk.

CV Toga Nusantara, memproduksi Obat Alami untuk mengatasi berbagai macam penyakit, seperti : Asam Urat, Nyeri Sendi, Kolesterol, Kencing Manis / Diabetes, Kanker, Tumor, Kista, Batu Ginjal, Wasir dll. Selain itu, Kami juga memproduksi Obat Alami Tunggal, diantaranya : Habbatussauda / Jintan Hitam, Pegagan,Minyak Zaitun, VCO, Temu Putih, kunyit putih, Keladi Tikus, Sambiloto, Kumis Kucing, Temu lawak, daun ungu, dll.

Untuk menghasilkan produk obat alami yang berkwalitas dan bermanfaat, Dalam proses produksinya, CV Toga Nusantara mengacu kepada standar yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia, meramu dan meracik obat alami berdasrkan refrensi ilmiah, mengacu kepada warisan leluhur, berdasarkan bukti empiris,  setiap produksi disertai dengan do’a dan dzikir kepada Allah Swt, agar setiap obat alami yang diproduksi CV Toga Nusantara berkhasiat dan bermanfaat bagi setiap orang yang mengkonsumsinya.

Hujan waktu itu emang dahsyat. Gede banget, apalagi geledeknya bikin gentar. Bahkan di daerah Cikunir ketika mau pulang hampir saja tertimpa pohon. Swear hapir ketimpa pohon. Ceritanya karena pandangan terbatas, aku buntutin sedan di depan. Karena membuntuti aku jadi kurang waspada. Secara tiba-tiba sebelah dahan pohon di pinggir jalan patah, mobil itu sempat lewat da ku melihat pohon itu sedikit demi sedikit jatuh. Kreek .... buntut motorku masih kena kibasan daunnya. Alhamdulillah motor di belakangku sempat ngerem. Jadi sob kalo hujan hati-hati waspada kudu lebih ditingkatkan. Jangan meleng apalagi kalo naik motor ngebuntutin mobil. Selain pohon, lubang bisa bikin kamu sial.

Eh Sob, sebelum nyampe Pak Aceng, aku sempat melihat peternakan Kelinci di daerah  Jln Raya Hankam Gg.Dukuh no.19 Rt 08 Rw 05 Jati Murni - Kodya Bekasi. Wah kelinci emang binatang peliharaan kesukaanku. Ingin rasanya aku mampir. Klik deh, http://www.facebook.com/profile.php?id=100001883305254

Hutan Lindung Teluk Jambe

Soal kelinci Sahabat Alam pernah sedikit menyinggung waktu nulis tentang Pasar Burung Jatinegara. Kalo sob forget, Coba deh di kebet lagi. http://sabili.co.id/sahabat-alam/pasar-burung-jatinegara-kebun-binatang-mini-di-jakarta


Jadi karena agak ngedrop baru Selasa 17/05/2011, bisa ngepak ransel. Kali ini tujuanku, ke Hutan Lindung Teluk Jambe Karawang. Aku pernah ke sini waktu mengantar temanku Chaidir.

Selain untuk rihlah, kepergian kali ini juga untuk menyampaikan amanat berupa sumbangan dari pembaca SABILI. Karena setelah membaca artikel  di bawah ini:


ada ibu Ratna dari Lembang Bandung yang menyumbang Rp 500.000 dan dari Ibu Tito Bekasi yang menyumbang 1 juta. Rencananya mau dipakai untuk ternak Kelinci.

”Kalo mau ke Karawang, agak siangan jam 10-an karena tadi malam hujan, jadi jalan becek,” begitu pesan Pa Guru Haeruddin.

Alhamdulillah kami sampai menjelang zuhur. Ternyata Bu guru sudah menyiapkan Belut dan sayur nangka plus kelapa muda. Belut dari tanah urukan,   ”Begitu di buldoser anak-anak nangkapin, trus di jual ke kita,” terang Pa Guru.

Dari obrolan sambil makan siang, kami sepakat saat ini lebih baik memelihara ayam. Pertimbangannya, jelang lebaran harga ayam akan bagus. Sekarang ini saat kenaikan kelas, harga ayam sedang murah. Memeliharanya tidak sulit, diumbar saja. ”Apalagi ada orangtua yang tukang ayam, jualan ayam kampung di pasar,” terang Bu Guru.

Yang penting sumbangan ini harus bermanfaat. Harus bermanfaat ganda. Dengan cara seperti ini. Madrasah al Hidayah bisa mandiri. Anak-anak bisa terus sekolah. Kami sepakat. 

Setelah berkeliling sejenak, kami pun pamit. Wah ternyata Pa Guru sudah menyiapkan sekarung singkong. Syukron jazakumullah khoir. Semoga berkah.



Candi Jiwa Karawang
Perjalanan kami teruskan ke Candi Jiwa Bekasi. Hehehe, ini bukan karena liburan Waisak. Cuma penasaran aja, pengen tau. Mumpung ada waktu, gitu lho.

Kompleks Percandian Batujaya adalah sebuah suatu kompleks sisa-sisa percandian Buddha kuna yang terletak di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs ini disebut percandian karena terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik.

Selanjutnya kamu bisa langsung klik.

 

Lokasi

Situs Batujaya secara administratif terletak di dua wilayah desa, yaitu Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Luas situs Batujaya ini diperkirakan sekitar lima km2. Situs ini terletak di tengah-tengah daerah persawahan dan sebagian di dekat permukiman penduduk dan tidak berada jauh dari garis pantai utara Jawa Barat (pantai Ujung Karawang). Batujaya kurang lebih terletak enam kilometer dari pesisir utara dan sekitar 500 meter di utara Ci Tarum. Keberadaan sungai ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keadaan situs sekarang karen tanah di daerah ini tidak pernah kering sepanjang tahun, baik pada musim kemarau atau pun pada musim hujan.


Lokasi percandian ini jika ditempuh menggunakan kendaraan sendiri dan datang dari Jakarta, dapat dicapai dengan mengambil jalan tol Cikampek. Keluar di gerbang tol Karawang Barat dan mengambil jurusan Rengasdengklok. Selanjutnya mengambil jalan ke arah Batujaya di suatu persimpangan. Walaupun jika ditarik garis lurus hanya berjarak sekitar 50km dari Jakarta, waktu tempuh dapat mencapai tiga jam[1] karena kondisi jalan yang ada.


Situs Batujaya terletak di lokasi yang relatif berdekatan dengan Situs Cibuaya (sekitar 15km di arah timur laut), yang merupakan peninggalan bangunan Hindu, dan situs temuan pra-Hindu "kebudayaan Buni" yang diperkirakan berasal dari masa abad pertama Masehi. Kenyataan ini seakan-akan mendukung tulisan Fa Hsien yang menyatakan: "Di Ye-po-ti (Taruma, maksudnya Kerajaan Taruma) jarang ditemukan penganut Buddhisme, tetapi banyak dijumpai brahmana dan orang-orang beragama kotor".[2]


Penelitian

Situs Batujaya pertama kali diteliti oleh tim arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia (sekarang disebut Fakultas Ilmu Budaya UI) pada tahun 1984 berdasarkan laporan adanya penemuan benda-benda purbakala di sekitar gundukan-gundukan tanah di tengah-tengah sawah. Gundukan-gundukan ini oleh penduduk setempat disebut sebagai onur atau unur dan dikeramatkan oleh warga sekitar. Semenjak awal penelitian dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2006 telah ditemukan 31 tapak situs sisa-sisa bangunan. Penamaan tapak-tapak itu mengikuti nama desa tempat suatu tapak berlokasi, seperti Segaran 1, Segaran 2, Telagajaya 1, dan seterusnya.[2]
Sampai pada penelitian tahun 2000 baru 11 buah candi yang diteliti (ekskavasi) dan sampai saat ini masih banyak pertanyaan yang belum terungkap secara pasti mengenai kronologi, sifat keagamaan, bentuk, dan pola percandiannya. Meskipun begitu, dua candi di Situs Batujaya (Batujaya 1 atau Candi Jiwa, dan Batujaya 5 atau Candi Blandongan) telah dipugar dan sedang dipugar.

Ekskavasi dan penelitian dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) dan dibantu oleh EFEO (École Français d’Extrême-Orient) dan dukungan dana dari Ford Motor Company[3] digunakan untuk kegiatan kajian situs ini.

Bangunan dan Temuan lainnya

Dari segi kualitas, candi di situs Batujaya tidaklah utuh secara umum sebagaimana layaknya sebagian besar bangunan candi. Bangunan-bangunan candi tersebut ditemukan hanya di bagian kaki atau dasar bangunan, kecuali sisa bangunan di situs Candi Blandongan.

Candi-candi yang sebagian besar masih berada di dalam tanah berbentuk gundukan bukit (juga disebut sebagai unur dalam bahasa Sunda dan bahasa Jawa). Ternyata candi-candi ini tidak memperlihatkan ukuran atau ketinggian bangunan yang sama.

Bunga Teratai

Candi yang ditemukan di situs ini seperti candi Jiwa, struktur bagian atasnya menunjukkan bentuk seperti bunga padma (bunga teratai). Pada bagian tengahnya terdapat denah struktur melingkar yang sepertinya adalah bekas stupa atau lapik patung Buddha. Pada candi ini tidak ditemukan tangga, sehingga wujudnya mirip dengan stupa atau arca Buddha di atas bunga teratai yang sedang berbunga mekar dan terapung di atas air. Bentuk seperti ini adalah unik dan belum pernah ditemukan di Indonesia.

Bangunan candi Jiwa tidak terbuat dari batu, namun dari lempengan-lempengan batu bata.

Kata "jiwa" sangat dekat dengan nama salahsatu nama dewa dalam agaman Hindu yaitu Dewa Syiwa. Perubahan dari "syiwa" menjadi "jiwa" bisa terjadi karena perjalanan waktu, atau karena aksen Sunda. Barangkali kedekatan kata syiwa dan jiwa bisa dijadikan salah satu objek penelitian meskipun agak aneh jika data yang telah didapat bahwa candi Jiwa lebih kepada Budha daripada Hindu. Di Budha tidak ada dewa Syiwa.

Penanggalan

Berdasarkan analisis radiometri Carbon 14 pada artefak-artefak peninggalan di candi Blandongan, salah satu situs percandian Batujaya, diketahui bahwa kronologi paling tua berasal dari abad ke-2 Masehi dan yang paling muda berasal dari abad ke-12.

Di samping pertanggalan absolut di atas ini, pertanggalan relatif berdasarkan bentuk paleografi tulisan beberapa prasasti yang ditemukan di situs ini dan cara analogi dan tipologi temuan-temuan arkeologi lainnya seperti keramik China, gerabah, votive tablet, lepa (pleister), hiasan dan arca-arca stucco dan bangunan bata banyak membantu.

Bahan penulisan ini bisa dibaca di Situs Percandian Batujaya, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat (brosur Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang Wilayah Kerja Propinsi Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Lampung, 2003). (Eman Mulyatman)

http://sabili.co.id/sahabat-alam/bersama-kita-libur

 Jati Cina
Herbal untuk melancarkan BAB dan melangsingkan tubuh
25 Caps
Harga: Rp35.000

*Belum termasuk ongkir
Hubungi: Ayu 0817 017 1967 atau Dian 0818 0828 3068
Legalitas : POM TR.113327381

Khasiat dan kegunaan:
Membantu melancarkan buang air besar dan melangsingkan tubuh.

Cassia angustofolia folium:
Daun jati cina memiliki beragam khasiat yang bermanfaat bagi tubuh. Beberapa manfaat jati cina :

    Sebagai peluruh lemak / pelangsing tubuh, kandungan tanin dalam daun jati cina membantu mengurangi penyerapan lemak atau karbohidrat dari makanan, mengikatnya, lalu membuangnya bersama urine dan feses sehingga berperan untuk menurunkan berat badan.
    Sebagai penurun kadar kolesterol, dari berbagai penelitian dari perguruan tinggi di Indonesia ekstrak daun jati cina bekerja menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida.  Menurut Dra. Azizahwati MS dari departemen Farmasi fakultas MIPA Universitas Indonesia mekanisme kerja jati cina melawan kolesterol adalah dengan menghambat enzim lipase pankreas. Jika aktifitas enzim lipase pankreas meningkat akan meningkatkan penyerapan monogliserida dan asam lemak yang memicu obesitas. Olehkarena itu aktivitas enzim ini harus dihambat.
    Untuk menetralisir racun yang masuk kedalam tubuh, dengan beragam aktifitas yang kita jalani tentu sangat besar peluang tubuh kita untuk menyerap racun yang disebabkan oleh polutan. Dengan mengkonsumsi ekstrak daun jati cina, racun-racun tersebut dapat luruh dengan melalui saluran cerna.
    Sebagai alternatif diet tinggi serat, Daun jati cina dapat digunakan sebagai pendamping diet tinggi serat selain sayur dan buah-buahan.

Tiap kapsul (500gr) mengandung: Cassia angustifolia folium 500mg

Aturan pakai : Dewasa 2 x 2 kapsul perhari

Perhatian dan kontra indikasi:

    hati-hati pasien dengan gangguan ginjal dan gastrointestinal
    Tidak direkomendasikan untuk wanita hamil dan menyusui
    Tidak direkomendasikan untuk anak-anak dibawah 12 tahun

*Belum termasuk ongkir
Hubungi: Ayu 0817 017 1967 atau Dian 081808283068
 

Produksi : Toga Nusantara
Pusat Herbal Berizin Resmi
Pengawasan Obat dan Makanan (POM)
dan Label Halal Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Halal Legal Aman dan Berkhasiat
TERJAMIN!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar