Entri Populer

Rabu, 07 Desember 2011

Liften Naik Truk Cabe

Hari libur selalu menjadi bahan pemikiran diriku sebagai Orang tua. Aku selalu berfikir bagaimana hari libur untuk my son menjadi berharga. Alias tidak terbuang percuma. Sebagaimana dulu aku memanfaatkan hari liburku. Hyking, kemping atau bersepeda atau ke kampung Nenek di kaki Ciremai. Ya itulah kegiatanku waktu esde.

Bersama Kita Libur


Ke Hutan Lindung Teluk Jambe, liburan sambil nganter sumbangan

Purnama Bersinar di Karangmalang

Jalan Pagi di Karmal, Segar....! 

Selasa, 06 Desember 2011

Indonesia Agrotech Outdoor Expo SOROPADAN AGROEXPO V-2011








Indahnya Bersahabat dengan Alam
Oleh Winwin dan Emil

Hem … liburan gini enaknya ngapain ya Sob. Eh meski liburan, tapi bagi anak kelas 6 harus sering datang juga ke sekolah, baik untuk mengurus ijazah atau untuk ke sekolah lanjutan, mengurus ini itu di sekolah yang baru.

Jadinya untuk pergi ke luar kota harus dipertimbangkan dulu waktunya. Seperti aku, Winwin yang kelas 6. Aku rasa sepekan liburan ke Jakarta, cukuplah. Di Jakarta aku sowan ke rumah Aki dan Nini (Kakek dan Nenek-Sunda) aku juga bertemu dengan teman-teman ku di Pondok Gede. Wah senangnya bisa kangen-kangenan.      

Ketika kembali ke Magelang ternyata di kota yang terkenal dengan makanan Getuknya ini tengah berlangsung Expo. Pemprov Jawa Tengah  pada tanggal 1-5 Juli 2011 mengadakan kegiatan Agro Expo yang Bertajuk Soropadan Agro Expo V 2011. Ternyata Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan di STA Soropadan setiap dua tahun sekali, Sob.

Soropadan memang bukan di Magelang, tapi terletak di Jalan Magelang - Semarang km. 13 Pringsurat Temanggung, Jawa Tengah.  Berada di pinggiran Temanggung dan Megalang. Soropadan Agro Expo V 2011 merupakan ajang promosi produk-produk unggulan yang berwawasan ke depan, mengangkat serta menggarap potensi Agro Nusantara dalam upaya menembus Pasar Global. Soropadan Agro Expo V 2011 juga menjadikan Kawasan Agrowisata dan STA Soropadan sebagai pusat informasi, komunikasi dan teknologi Agro yang berbasis teknologi.

Alhamdulillah, Emil yang pergi ke Soropadan datang ketika acara pembukaan berlangsung. Acara ini dibuka Oleh Pak Menteri Pertanian Ir. H. Suswono, MMA bersama Gubernur Jawa Tengah Gubernur Jawa Tengah H. Bibit Waluyo.

Pelaksana kegiatan Soropadan Agro Expo V 2011 adalah Biro Bina Produksi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah yang beralamat di Jl. Pahlawan No. 9 Semarang Gedung A Lt. 8 Telp/fax (024) 8450119 psw 490,491.

Kegiatan Soropadan Agro Expo V 2011 diikuti oleh Kementerian Pertanian, Instansi pusat lain, Pemerintah Provinsi se-Indonesia, pemerintah Kabupaten/Kota se-Indonesia, Perusahaan nasional dan Multinasional serta pelaku agribisnis. Selain itu kegiatan Soropadan Agro Expo V 2011 ini juga dapat diikuti oleh para pengambil keputusan dan pelaku usaha di bidang agribisnis baik berskala kecil, menengah dan besar termasuk intelektual/instansi pendidikan di bidang agro.

So, gak heran kalo kegiatan ini menyedot banyak pengunjung. Sebanyak 25 duta besar dari berbagai negara sahabat bakal menghadiri pelaksanaan Soropadan Agro Expo 2011, di Terminal Agribisnis Soropadan, Kabupaten Temanggung, sebagai salah satu upaya promosi komoditas unggulan hortikultura Jawa Tengah.

"Para duta besar ini akan diundang dalam pembukaan Suropadan Agro Expo yang dilaksanakan pada 2 Juli 2010," kata Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sriyadhi, di Semarang.

Para duta besar yang akan hadir dalam gelaran ini, lanjut dia, antara lain berasal dari kawasan Asia, Eropa, Afrika, serta Amerika.

Menurut dia, dalam kesempatan tersebut, para duta besar juga akan diajak untuk melakukan panen serentak sejumlah komoditas unggulan yang dipajang dalam gelaran tersebut.

"Dalam gelaran ini akan dipajang sejumlah tanaman hidup siap panen yang merupakan komoditas unggulan holtikultura Jawa Tengah," katanya.

Ia menuturkan, expo dua tahunan yang dibuka oleh Menteri Pertanian ini merupakan salah satu ajang promosi komoditas unggulan holtikultura ke luar negeri.

Ia menjelaskan, melalui ajang ini, diharapkan mata rantai perdagangan ke luar negeri dapat disederhanakan, dengan menghadirkan langsung sejumlah duta besar negara tujuan.

Berbagai komoditas yang dipamerkan dalam expo ini, lanjut dia, merupakan produk unggulan yang selama ini telah dipasok ke sejumlah negara, seperti Singapura, Malaysia, dan Jepang.

Beberapa komoditas unggulan tersebut di antaranya melon, lobak, semangka, sawi, kubis, cabai, dan sebagainya.

Soropadan Agro Expo 2011 yang mengambil tema "Mantapkan Kemitraan Dengan Dunia Usaha Untuk Mengembangkan Akses Pasar Global" akan digelar pada 2-5 Juli 2011.

Kegiatan yang juga akan diisi dengan sarasehan antara Gubernur Bibit Waluyo dan para petani ini ditargetkan dikunjungi oleh 30 ribu orang, dengan nilai transaksi yang terjadi mencapai sekitar Rp75 miliar.

Koordinator Peserta SAE V tahun 2011, Astri mengatakan SAE sebagai wahana tukar menukar informasi dan terciptanya transaksi produk dan teknologi di bidang pertanian, perikanan, perkebunan dan kehutanan.

"SAE ini tingkat nasional dan buyer (pembeli) yang datang adalah tingkat internasional," katanya, Jumat (1/7).

Sedikitnya 113 stand telah penuh terisi oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Propinsi Jawa Tengah dan propinsi tetangga, SKPD kabupaten/kota, serta berbagai perusahaan yang bergerak dibidang pertanian, perikanan, perkebunan dan kehutanan. UMKM dari daerah sekitar pun tidak ketinggalan turut meramaikannya. Mereka menampilkan berbagai produk unggulan.

Peserta dan pengunjung dapat memanfaatkan secara maksimal fasilitas yang disediakan panitia untuk mengadakan promosi penjualan produk, pengenalan produk unggulan dan teknologi agro, seminar/workshop, lokakarya serta temu bisnis.

Sob, kamu juga bisa menikmati Fasilitas penunjang yang tersedia di Soropadan seperti, panggung kesenian terapung, kolam pancing, restorasi terapung, rest area, ruang teater, play ground dan jogging track.

Mudah-mudahan kamu bisa ke Soropadan sekarang, jadi ga perlu menunggu 2 tahun lagi. Kalo kamu ke Soropadan, mampir ya ke rumahku.


Box
Pelaksanaan kegiatan Soropadan Agro Expo V 2011 bertujuan untuk:
  • Mengangkat dan menggarap potensi-potensi agro di tingkat local, regional dan nasional agar mampu bersaing secara terbuka dan professional di pasar global
  • Menciptakan ajang produksi agro unggulan untuk membuka peluang pasar baru serta memperluas jejaring agribisnis bagi produsen dan pengusaha agro nasional dengan menjadikan Soropadan sebagai vendor dan sector agribisnis terkemuka.
  • Membuka wawasan dan ajang pembelajaran teknologi pertanian bagi pihak-pihak yang menekuni dan berkompeten seta pihak yang berkecimpung di bidang agribisnis.
  • Menciptakan forum yang mempertemukan para pelaku agribisnis dengan pihak petani produsen dengan menciptakan ajang promosi produk-produk unggulan dengan pengusaha agro baik local, nasional maupun internasional serta para stakeholder lainnya.
  • Memperkenalkan dan mempromosikan berbagai produk agro unggulan nusantara pada pasar local, nasional maupun pasar global, dengan Soropadan sebagai pusat Informasi dan promosi.
  • Meningkatkan akses pasar global melalui forum Temu Usaha antara Petani dan buyer local, nasional maupun Internasional

Box
Manfaat Dilaksanakannya kegiatan Soropadan Agro Expo V 2011 adalah untuk :
  • Meraih peluang ekspor dan peningkatan investasi
  • Meningkatkan pangsa pasar baik di dalam maupun luar negeri
  • Meraih calon mitra investasi di dalam maupun di luar negeri
  • Meningkatkan business networking




Pasar Induk Sandang Tegalgubug Cirebon






Bergaya Murah dan Trendi
Oleh Eman Mulyatman


Habis libur ngapain ya? Tentu konsentrasi kembali dengan sekolah. Di ujung liburan kemarin. Kru Sahabat Alam menyempatkan diri ke Tegalgubug Cirebon. Ada apa di Tegalgubug?

Dari Jakarta, awalnya kami berniat naik KA Cirebon Ekspres. Tapi begitu sampai di stasiun Jatinegara, ternyata sudah penuh. “Ada berdiri, tiketnya Rp 70.000,” kata petugas di loket.

Berdiri? Wah kalo begitu kami memilih jalan lain, dengan bis. Dari staisun Jatinegara dengan menumpang mikrolet kami menuju terminal Pulogadung. Tapi, kami tidak naik dari terminal ini melainkan terus nyambung dengan angkot, menuju pintu Tol Cakung. Dari sini kami naik bis Luragung Jaya.

Sob, kalo kamu ingin tes adrenalin, silakan naik bis jurusan Jakarta–Cirebon. Selain ngebut, suasana di dalamnya pun menguji kesabaran. Pokoknya crowded banget. Ada tukang asongan, pengamen yang tak berhenti turun naik dan amal jariah.

Kenapa ya, begitu? Ya karena bis Jakarta-Cirebon ini dinaiki oleh para penglaju. Artinya oleh mereka yang memang bolak-balik usaha antara Jakarta–Cirebon. Jadi sopirnya untung, karena bisnya menjadi favorit. Lihat saja di kaca bis. Selain nama bis, tertulis juga nama julukannya. Ada Korawa, Meteor, Relasi. Nah bis yang kami naiki berjuluk, Baraya.

Selain sopir, penumpang juga untung katanya bisa sampai tepat waktu. Terus si pengusaha bis juga untung, karena bisnya jadi favorit. Selain itu ada lagi yang diuntungkan, para oknum aparat. Katanya semakin banyak pelanggaran semakin banyak setoran.

Hari itu kami membuktikan, ”Wah tampaknya sopir bis ini urat malunya sudah dipotong,” kata rekan di samping. Bayangkan saja, ketika macet seenaknya saja ngambil jalur kanan!

Setelah empat jam diguncang-guncang bis, perut pun terasa keroncongan. Kami mencari makanan khas Cirebon Nasi lengko dan Empal Gentong. Udara panas Pantura membuat kami tak berlama-lama di warung itu. Segera mencari tempat shalat, wah ternyata fasilitas mushalla dan kamar kecilnya sedang krisis air. Kami pun segera keluar pasar mencari masjid terdekat.
          
Pusat Sandang
Daerah yang letaknya di Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon ini memang terkenal sebagai Pasar Induk Sandang. Jadi kalau Sob ingin beli pakaian dengan harga murah, datang saja ke Tegalgubug. Selain murah modelnya juga baru.

Seperti Jilbab, tersedia model mengikuti selera penonton sinetron. Ada jilbab Ayat-Ayat Cinta, Azizah (sinetron Azizah), Ketika Cinta Bertasbih, Che che, Marisa, Inneke, Hingga Teh Ninih. Pokoknya trendi banget deh.

Tak heran bila barang-barang di Pasar Tegalgubug sangat laku. Namanya saja Gubug. Tapi, jangan salah sangka perputaran uang di pasar ini bisa mencapai kurang lebih Rp 5 miliar untuk setiap harinya. Dengan demikian, jika dihitung satu bulan, maka perputaran uang di pasar ini bisa mencapai kurang lebih Rp 40 miliar. Subhanallah.

Menurut Ustadz Hayani, salah seorang pedagang di Tegalgubug, Dibukanya pasar pada Hari Selasa dan Sabtu memang sudah kesepakatan. Waktu di luar pasaran itu dimanfaatkan untuk memenuhi pesanan. Karena pasar ini kelasnya nasional, bahkan internasional. “Kalo saya di pasar, terus kapan bisa silaturahim?” katanya.

Ustadz Yani, begitu pria ini biasa disapa, memulai usaha pada 2000 silam. Modal awalnya hanya kepercayaan. “Saya ikut orang dulu selama setahun,” katanya.

Meski sempat mengalami kerugian karena tertipu, kini Ustadz Yani sudah memiliki empat orang karyawan. Ketika ditanya omsetnya dengan malu-malu dia memilih Sahabat Alam untuk menebaknya. Di atas 100 juta sekali pasaran ya? “Ya kira-kira di atas itu sedikit,” katanya.    

Tegalgubug masih mengikuti pola pasar tradisional, bukanya hari Selasa dan Sabtu. aktivitas perdagangan bahan sandang tersebut telah mampu mengubah tingkat perekonomian warga Desa Tegalgubug. Dari pasar ini ada profesi tambahan selain menjahit. Yaitu ojek, kuli panggul atau berjualan makanan.

Nah kalo kamu ingin punya baju lebaran yang trendy datang aja ke Tegalgubug. Pesan kami, harus berani nawar ya. Supaya kamu enggak kecewa.   

BOX
Asal mula
Salah seorang tokoh masyarakat setempat, Ir H Maslani Samad (47), menjelaskan, sejarah Pasar Tegalgubug dimulai sekitar tahun 1914. Saat itu, warga setempat menggantungkan hidupnya dengan membuat dan menjual kemben, yakni perlengkapan kebaya kaum perempuan pada masa itu. Pasalnya, kaum perempuan di Tegalgubug memang mahir dalam menjahit. Para pembeli kemben itu berasal dari luar wilayah Cirebon. Mereka berdatangan dengan menggunakan pedati pada malam hari.

Seiring berlalunya waktu, aktivitas perdagangan di Pasar Tegalgubug pun terus berjalan. Namun, aktivitas perdagangan itu belum dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Karenanya, kaum lelaki di desa tersebut lantas merantau ke Bandung untuk menjadi tukang becak. Tahun 1960-an, di Bandung mulai menjamur industri tekstil. Seringkali, pabrik-pabrik tekstil itu membuang sisa-sisa kain yang tidak mereka gunakan.

“Melihat hal itu, para tukang becak yang berasal dari Tegalgubug memungut sisa-sisa kain tersebut dan membawanya pulang. Mereka yakin kain-kain itu dapat dimanfaatkan bila diolah lebih lanjut oleh istri mereka yang memang pandai menjahit,” ujar H Maslani.
Keyakinan para tukang becak itu memang tidak keliru. Kain-kain sisa yang telah dijahit menjadi pakaian jadi itu, sangat laku dijual di Pasar Tegalgubug. Bahkan, permintaan pun terus meningkat hingga akhirnya mereka tak lagi hanya menggunakan kain sisa untuk dijahit menjadi pakaian jadi, melainkan juga membeli kain secara utuh.

Melalui promosi dari mulut ke mulut, keberadaan Pasar Tegalgubug pun semakin dikenal. Apalagi, lokasinya yang terletak di sisi jalur utama pantura penghubung Jakarta dan Jateng, menjadikan Pasar Tegalgubug sangat mudah untuk dijangkau oleh para pembeli yang datang dari berbagai daerah. Tercatat, ada sekitar 5.000 pedagang yang kini berjualan di Pasar Tegalgubug.



Wakaf al Qur’an Untuk Daerah Rawan Pemurtadan



Asalamu’alaikum wr wb

Aksi-aksi pemurtadan terus berlangsung. Sementara itu, ghazwul fikri semakin gencar. Akibatnya aqidah umat Islam terus terkikis. Kemiskinan dan kebodohan menjadi santapan empuk bagi aksi-aksi pemurtadan. Untuk melawannya tak ada cara, selain kembali kepada ajaran Islam. Marilah bersinergi bersama kami untuk menyalurkan al Qur’an ke daerah rawan bencana, berapa pun infaq yang Anda berikan akan sangat bermanfaat.

Peluncuran program ini, lebih menghidupkan kembali kekuatan tersembunyi umat Islam yang saat ini kerap terlupakan, ta’awun atau tolong menolong sesama umat Islam.

Dengan program ini, kami yang hanya bermodal media massa, berharap adanya ta’awun antara umat yang punya kelebihan dana dengan aktivis Islam atau para dai yang butuh alat utama untuk melakukan perjuangan. Dan alat utama itu adalah al Qur’an.

Laporan Program ini akan kami muat di SABILI.

Program ini hasil kerjasama: Sahabat Alam, Forum Peduli Umat Temanggung (FPU) dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (Magelang)

Bersama ini juga kami laporkan telah menerima sumbangan dari

Tanggal                 Nama                                                                    Jumlah
5/12                       Yudho                                                   5.000.000 (lima juta rupiah) 

Bagi pembaca yang tertarik untuk berpartisipasi, dapat menghubungi 021-33413279  atau dapat mengirimkan ke Rekening Bank Syariah Mandiri nomor rekening 069 703 1963 atau 
BCA 412 118 1643.

Senin, 05 Desember 2011

Ekspedisi Gunung Lawu













Serasa di Komik Silat
Oleh Eman Mulyatman

Sahabat Alam diundang FPI Surakarta untuk mendaki Gunung Lawu. Alhamdulillah ya, sesuatu banget!

Setiap perjalanan punya cerita. Dari perjalanan itu, kalau jeli maka akan banyak hikmah yang bisa kita dapatkan. Seperti pendakian ke Lawu. Boleh dibilang tidak ada rencana. Waktu itu SAHABAT ALAM sedang melakukan wawancara dengan Ustadz Chairul RS, Ketua DPW FPI Surakarta. Di tengah wawancara, Ustadz mengabarkan bahwa Sabtu (1/10) Laskar FPI Surakarta berencana untuk mendaki gunung Lawu. “Kita biasa kok naik gunung, untuk menjaga stamina,” katanya sedikit menantang.

Wow! SAHABAT ALAM tentu tidak menyia-nyiakan undangan ini. Apalagi sudah lama mengidam-idamkan untuk naik ke gunung yang konon sebagai pusat mistik di Tanah Jawa ini. Hmm….bener-bener tantangan nih. Untuk Sob eL-Ka ketahui aja, Gunung Lawu (3.265 m) yang punya nama asli Wukir Mahendra terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang terkena erosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara). Gunung Lawu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous. Gunung Lawu memiliki tiga puncak: Puncak Argo Dalem, Argo Dumiling dan Argo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi.

Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Agak ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit: Candi Sukuh dan Candi Cetho. Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, mausoleum untuk keluarga Presiden kedua Indonesia, Suharto.

Jalur Pendakian
Gunung Lawu sangat populer untuk kegiatan pendakian. Setiap malam 1 Sura banyak orang berziarah dengan mendaki hingga ke puncak. Karena populernya, di puncak gunung bahkan dapat dijumpai pedagang makanan.

Kami naik dari Tawangmangu. Ustadz Choirul menunjuk Warno sebagai Pimpinan Pendakian. Penunjukkan ini berdasarkan pengalamannya yang sudah lebih dari lima kali mendaki Lawu. Langkah Pendakian dimulai dengan berdoa, setelah melewati Pos Pendaftaran. Bismillah, 12 orang mulai melangkah.

Pendakian standar dapat dimulai dari dua tempat (basecamp): Cemorokandang di Tawangmangu, Jawa Tengah, serta Cemorosewu, di Sarangan, Jawa Timur. Gerbang masuk keduanya terpisah hanya 200 m.

Pendakian dari Cemorosewu melalui dua sumber mata air: Sendang (kolam) Panguripan terletak antara Cemorosewu dan Pos 1 dan Sendang Drajat di antara Pos 4 dan Pos 5. Pendakian melalui Cemorokandang akan melewati 5 selter dengan jalur yang relatif telah tertata dengan baik.

Pendakian melalui cemorosewu akan melewati 5 pos. Jalur melalui Cemorosewu lebih nge-track. Akan tetapi jika kita lewat jalur ini kita akan sampai puncak lebih cepat daripada lewat jalur Cemorokandang. Pendakian melalui Cemorosewu jalannya cukup tertata dengan baik. Jalannya terbuat dari batu-batuan yang sudah ditata.

Jalur dari pos 3 menuju pos 4 berupa tangga yang terbuat dari batu alam. Pos ke4 baru direnovasi,jadi untuk saat ini di pos4 tidak ada bangunan untuk berteduh. Biasanya kita tidak sadar telah sampai di pos 4.

Di dekat pos 4 ini kita bisa melihat telaga Sarangan dari kejauhan. Jalur dari pos 4 ke pos 5 sangat nyaman, tidak nge-track seperti jalur yang menuju pos 4. Di pos 2 terdapat Watu Gedhe, ada juga yang menyebut Watu Iris (karena seperti di iris).

Di dekat pintu masuk Cemorosewu terdapat suatu bangunan seperti masjid yang ternyata adalah makam. Untuk mendaki melalui Cemorosewu (bagi pemula) janganlah mendaki di siang hari karena medannya berat untuk pemula.

Baru saja melewati Pos 2 ada kejadian unik sekaligus bikin hati berdebar-debar. Ada salah seorang rekan yang membawa cairan methanol di botol air mineral. Ketika air itu berpindah tangan, tanpa sengaja terminum oleh rekan yang lain yang mendapatkan giliran membawanya.

Rekan itu pun berusaha memuntahkannya. Yang lain berusaha menetralkannya dengan memberi Susu kental manis. “Insya Allah gak apa-apa,” kata Ustadz Choirul mengembalikan semangat.

“Iya ga apa-apa wong preman-preman itu juga suka minum methanol, digunakan sebagai campuran Ciu, minuman oplosan,” sahut rekan lainnya.

Alhamdulillah yang dikhawatirkan tak terjadi, kami pun melanjutkan perjalanan. Dalam pendakian dari Cemorosewu menuju puncak, kita akan menjumpai 4 buah pondok pada ketinggian berturut-turut, yaitu 2.100 m, 2.300 m, 2.500 m dan 2.800 m dan Pesanggrahan Argo Dalem pada ketinggian 3.100 m dari permukaan air laut.

Memasuki Pos 3 Ustadz Choirul menginstruksikan, “Yang mau melanjutkan silakan yang mau istirahat silakan.” Aku yang tengah buang air kecil mendengar instruksi itu langsung saja jalan mengikuti langkah tiga pendaki di depan. Rupanya inilah awal dari cerita.

Begitu menyadari ketiga rekan di depan berjalan agak pelan, saya bermaksud menyusulnya.

“Sendiri Mas?” katanya?

“Lho? Bukannya ente dari FPI?”

“O bukan Mas, kami dari MTA Solo,” katanya.

Ternyata mereka adalah tim lain. Waduh! Ternyata aku sudah terpisah jauh dengan teman-teman FPI. Mau balik, boros tenaga lagipula medannya cukup berat. Khawatir terjadi apa-apa. Akhirnya, aku putuskan bergabung dengan mereka. Melanjutkan perjalanan, tanpa air, hanya berbekal seplastik permen coklat. Lainnya, aku cuma bawa kamera. La haula wala quwatta illa billah.

Aku segera menata diri, memperkuat tekad. “Wah kalo, gitu, saya ikut gabung ya, mudah-mudahan teman-teman bisa menyusul.”

Selanjutnya perjalanan bagai merayap pelan. Menjelang Sendang Drajat kami shalat subuh. Angin menampar-nampar tubuh kami. Kencang dan rasanya seperti mau menerbangkan kami. Alhamdulillah kami tiba di Sendang Drajat bermandikan cahaya mentari pagi. Sunrise muncul sebentar, kami bergantian mengabadikannya. Subhanallah.

Di sendang Drajat, aku berpisah dengan teman-teman dari MTA alias Majelis Tafsir Al-Qur’an. Kuputuskan untuk menunggu teman-teman FPI. Di sendang Drajat ini, terdapat sebuah bangunan dari seng yang dapat digunakan untuk bermalam dan berlindung dari hujan dan angin. Terdapat warung makanan dan minuman yang sangat membantu bagi pendaki dan peziarah yang kelelahan, lapar, dan kedinginan. Inilah keunikan Gunung Lawu dengan ketinggian 3.265 mdpl, terdapat warung di dekat puncaknya.

Ketika memeriksa kantong celana, ada duit Rp 8000. Kepada penjaga warung di sendang Drajat aku memesan mi instan dan teh manis. Yang segera saja berpindah ke perut. Lumayan hangat.

Aku sempat tidur-tidur ayam di Gua Selarong salah satu gua yang diberi nama sama dengan Gua pertahanan Pangeran Diponegoro. Dua orang pendaki dari Surabaya, lumayan menemani ngobrol sambil menunggu teman-teman FPI. Dari dia aku mendengar cerita tentang Sendang Drajat yang airnya tak pernah habis. Padahal Oktober ini kemarau sedang hebat-hebatnya. Aku menyaksikan dua orang peziarah yang mengambil air dari Sendang itu. Sendang Drajad, sumber air ini berupa sumur dengan garis tengah dua meter dan memiliki kedalaman dua meter.

Di lokasi ini ada dua gua, yang merupakan tempat tafakurnya Sunan Drajat, salah seorang Putra Sunan Ampel. Aku berdecak kagum, hebat ya Sunan Drajat  pada masa-masa itu sudah sampai ke puncak Lawu dan mampu membuat sumur. Padahal sepanjang perjalanan yang aku tapaki adalah batu. Tapi, setengah jam yang aku tunggu belum muncul juga. Aku segera mengayunkan langkah kembali, melanjutkan perjalanan menuju Puncak. Lone Ranger!....                   

Di atas puncak Argo Dumilah terdapat satu tugu. Di sini aku menikmati udara puncak gunung Lawu. Seluas mata memandang, lega rasanya hati ini. Hilang segala letih.

Puncak Argo Dumilah pada saat tertutup awan sangat indah, kita menyaksikan beberapa puncak lainnya seperti pulau-pulau kecil yang dibatasi oleh lautan awan, kita merasa berada di atas awan-awan seperti di kahyangan. Bila udara bersih tanpa awan kita bisa melihat Samudera Indonesia.
Kita dapat melihat pantulan matahari di Samudera Indonesia, deburan dan riak ombak Laut Selatan sepertinya sangat dekat. Sangat jelas terlihat kota Wonogiri juga kota-kota di Jawa Timur. Tampak waduk Gajah mungkur juga telaga Sarangan.

Terdapat padang rumput pegunungan banjaran Festuca Nubigena yang mengelilingi sebuah danau gunung di kawah tua menjelang Pos terakhir menuju puncak pada ketinggian 3.200 m dpl yang biasanya kering di musim kemarau. Tapi, aku tak berlama-lama di Argo Dumilah, karena memikirkan teman-teman FPI.

Aku segera turun. Ya terpaksa sendiri. Karena cuaca terang dan tak terlalu mengkhawatirkan. Tapi, padang rumput yang luas ini cukup bikin bingung. Aku sempat salah arah. Sesuai dengan teori, kalau tersesat lebih baik diam dan balik saja kearah semula. Ketika sampai di titik jalan tikungan awal aku tersesat, justru ada Warno.

“Woi…” kami teriak berbalasan. Ketika berpelukan, aku mendengar sayup-sayup namaku dipanggil. Gemanya terasa mengharukan.

“Itu teman-teman yang mencari, ente dinyatakan hilang,” katanya setengah tertawa.

Wah, rupanya begitu aku terpisah dari rombongan Ustadz Choirul memecah tim, 2 orang melapor ke Pos 1 di Bawah, satu tim Ke Jagawana, satu tim tunggu di Pos 3 dan lainnya menyusul ke atas. Aku segera menjelaskan, mengapa sampai terpisah. Rupanya di Pos 3 aku mengikuti rombongan lain. Memang rekan-rekan FPI ini yang aku kenal cuma satu Ustadz Choirul. Tapi, aku segera meminta maaf, atas keteledoran ini. Mereka maklum.

Serasa di Komik Silat
Selanjutnya Warno mengajak aku ke puncak lainnya, Argo Dalem dan Argo Dumiling. Argo Dalem merupakan suatu tempat sepertinya Kelenteng. Di sekitar puncak Argo Dumilah yang disebut Hargo Dalem yang banyak disinggahi para peziarah. Di sekitar Hargo Dalem ini banyak terdapat bangunan. Dia lalu bercerita tentang Sumur Jalatunda, sebuah gua yang disebut Sumur Jalatunda menjelang puncak, gua ini gelap dan sangat curam turun ke bawah kurang lebih sedalam 5 meter. Menurut pengakuan Warno, dia pernah ke sumur itu, waktu tim-nya kehabisan air. Ada batu Gedhe, Sarangan sampai Cemorosewu. Ada juga Pawon Sewu terletak di dekat pos 5 Jalur Cemoro Sewu. Tempat ini berbentuk tatanan/susunan batu yang menyerupai candi. Dulunya digunakan bertapa para abdi Raja Parabu Brawijaya V.

Cerita Warno mengingatkan aku pada komik silat Indonesia era 70-80-an yang menjadi kegemaranku. Api di bukit Menoreh, Nagasasra dan Sabuk Inten-SH Mintardja, Pendekar Gunung Lawu, Kho Ping Hoo, hingga Senopati Pamungkas-nya Arswendo Atmowiloto, membuat hati ini tak puas dengan pendakian kali ini, serasa ingin kembali lagi. Mendaki lagi, ke gunung lagi.

“Kapan-kapan kita ke Ciremai yuk!” Kata ustadz Choirul menyalami aku yang berpamitan.

KUIS
Pertanyaan untuk Kuis: Apa nama lain dari Gunung Lawu?
A. Yusril Mahendra                    B. Wukir Mahendra

Jangan lupa sertakan kuponnya di Majalah ya