Entri Populer
-
Hari libur selalu menjadi bahan pemikiran diriku sebagai Orang tua. Aku selalu berfikir bagaimana hari libur untuk my son menjadi berharga....
-
Bergaya Murah dan Trendi Oleh Eman Mulyatman Habis libur ngapain ya? Tentu konsentrasi kembali dengan sekolah. Di u...
-
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya. Kota Magelang memiliki beberapa objek wisata museum, diantaranya Muse...
-
SDIT Al-Fida di Jalan Masjid Nurul Amal No.1 Setia Mekar, Tambun, Bekasi. "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada...
-
Kereta Api Tak Sekadar Alat Tranportasi Naik Kereta Api tut tut tut, wah lagu itu sudah ga cocok lagi ya. Kereta sekarang kan pakai ...
-
Wisata sambil mengenal aktivitas dan sejarah Gunung Merapi, asyik juga petualangan bersama anak-anak mengisi liburan sekolah Oleh Eman...
-
Sob Elka, adik-adik kita di SDIT Baiturrahman Sukapura meski masih SD kepedulian mereka sama saudara-saudara kita yang tertimpa musibah er...
-
Serasa di Komik Silat Oleh Eman Mulyatman Sahabat Alam diundang FPI Surakarta untuk mendaki Gun...
-
Tempat pertapaan Sultan Agung memberi Sob kesempatan meneropong empat gunung besar di Pulau Jawa, Candi Borobudur plus pemandangan ...
Rabu, 07 Desember 2011
Liften Naik Truk Cabe
Selasa, 06 Desember 2011
Indonesia Agrotech Outdoor Expo SOROPADAN AGROEXPO V-2011
Indahnya
Bersahabat dengan Alam
Oleh Winwin
dan Emil
Hem … liburan gini enaknya ngapain ya Sob. Eh meski
liburan, tapi bagi anak kelas 6 harus sering datang juga ke sekolah, baik untuk
mengurus ijazah atau untuk ke sekolah lanjutan, mengurus ini itu di sekolah
yang baru.
Jadinya untuk pergi ke luar kota harus dipertimbangkan
dulu waktunya. Seperti aku, Winwin yang kelas 6. Aku rasa sepekan liburan ke
Jakarta, cukuplah. Di Jakarta aku sowan ke rumah Aki dan Nini (Kakek dan
Nenek-Sunda) aku juga bertemu dengan teman-teman ku di Pondok Gede. Wah
senangnya bisa kangen-kangenan.
Ketika kembali ke Magelang ternyata di kota yang terkenal
dengan makanan Getuknya ini tengah berlangsung Expo. Pemprov Jawa Tengah pada tanggal 1-5 Juli 2011 mengadakan
kegiatan Agro Expo yang Bertajuk Soropadan Agro Expo V 2011. Ternyata Kegiatan
tersebut rutin dilaksanakan di STA Soropadan setiap dua tahun sekali, Sob.
Soropadan memang bukan di Magelang, tapi terletak di
Jalan Magelang - Semarang km. 13 Pringsurat Temanggung, Jawa Tengah. Berada di pinggiran Temanggung dan Megalang. Soropadan
Agro Expo V 2011 merupakan ajang promosi produk-produk unggulan yang berwawasan
ke depan, mengangkat serta menggarap potensi Agro Nusantara dalam upaya
menembus Pasar Global. Soropadan Agro Expo V 2011 juga menjadikan Kawasan
Agrowisata dan STA Soropadan sebagai pusat informasi, komunikasi dan teknologi
Agro yang berbasis teknologi.
Alhamdulillah, Emil yang pergi ke Soropadan datang ketika
acara pembukaan berlangsung. Acara ini dibuka Oleh Pak Menteri Pertanian Ir. H. Suswono, MMA bersama Gubernur Jawa Tengah Gubernur Jawa Tengah H. Bibit Waluyo.
Pelaksana kegiatan Soropadan Agro Expo V 2011 adalah Biro
Bina Produksi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah yang beralamat di Jl.
Pahlawan No. 9 Semarang Gedung A Lt. 8 Telp/fax (024) 8450119 psw 490,491.
Kegiatan Soropadan Agro Expo V 2011 diikuti oleh
Kementerian Pertanian, Instansi pusat lain, Pemerintah Provinsi se-Indonesia, pemerintah
Kabupaten/Kota se-Indonesia, Perusahaan nasional dan Multinasional serta pelaku
agribisnis. Selain itu kegiatan Soropadan Agro Expo V 2011 ini juga dapat
diikuti oleh para pengambil keputusan dan pelaku usaha di bidang agribisnis
baik berskala kecil, menengah dan besar termasuk intelektual/instansi
pendidikan di bidang agro.
So, gak heran kalo kegiatan ini menyedot banyak pengunjung.
Sebanyak 25 duta besar dari berbagai negara sahabat bakal menghadiri
pelaksanaan Soropadan Agro Expo 2011, di Terminal Agribisnis Soropadan,
Kabupaten Temanggung, sebagai salah satu upaya promosi komoditas unggulan
hortikultura Jawa Tengah.
"Para duta besar ini akan diundang dalam pembukaan
Suropadan Agro Expo yang dilaksanakan pada 2 Juli 2010," kata Pelaksana
Harian Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sriyadhi, di Semarang.
Para duta besar yang akan hadir dalam gelaran ini, lanjut
dia, antara lain berasal dari kawasan Asia, Eropa, Afrika, serta Amerika.
Menurut dia, dalam kesempatan tersebut, para duta besar juga
akan diajak untuk melakukan panen serentak sejumlah komoditas unggulan yang
dipajang dalam gelaran tersebut.
"Dalam gelaran ini akan dipajang sejumlah tanaman
hidup siap panen yang merupakan komoditas unggulan holtikultura Jawa
Tengah," katanya.
Ia menuturkan, expo dua tahunan yang dibuka oleh Menteri
Pertanian ini merupakan salah satu ajang promosi komoditas unggulan
holtikultura ke luar negeri.
Ia menjelaskan, melalui ajang ini, diharapkan mata rantai
perdagangan ke luar negeri dapat disederhanakan, dengan menghadirkan langsung
sejumlah duta besar negara tujuan.
Berbagai komoditas yang dipamerkan dalam expo ini, lanjut
dia, merupakan produk unggulan yang selama ini telah dipasok ke sejumlah
negara, seperti Singapura, Malaysia, dan Jepang.
Beberapa komoditas unggulan tersebut di antaranya melon,
lobak, semangka, sawi, kubis, cabai, dan sebagainya.
Soropadan Agro Expo 2011 yang mengambil tema
"Mantapkan Kemitraan Dengan Dunia Usaha Untuk Mengembangkan Akses Pasar
Global" akan digelar pada 2-5 Juli 2011.
Kegiatan yang juga akan diisi dengan sarasehan antara
Gubernur Bibit Waluyo dan para petani ini ditargetkan dikunjungi oleh 30 ribu
orang, dengan nilai transaksi yang terjadi mencapai sekitar Rp75 miliar.
Koordinator Peserta SAE V tahun 2011, Astri mengatakan
SAE sebagai wahana tukar menukar informasi dan terciptanya transaksi produk dan
teknologi di bidang pertanian, perikanan, perkebunan dan kehutanan.
"SAE ini tingkat nasional dan buyer (pembeli)
yang datang adalah tingkat internasional," katanya, Jumat (1/7).
Sedikitnya 113 stand telah penuh terisi oleh satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) Propinsi Jawa Tengah dan propinsi tetangga, SKPD
kabupaten/kota, serta berbagai perusahaan yang bergerak dibidang pertanian,
perikanan, perkebunan dan kehutanan. UMKM dari daerah sekitar pun tidak
ketinggalan turut meramaikannya. Mereka menampilkan berbagai produk unggulan.
Peserta dan pengunjung dapat memanfaatkan secara maksimal
fasilitas yang disediakan panitia untuk mengadakan promosi penjualan produk,
pengenalan produk unggulan dan teknologi agro, seminar/workshop, lokakarya
serta temu bisnis.
Sob, kamu juga bisa menikmati Fasilitas penunjang yang
tersedia di Soropadan seperti, panggung kesenian terapung, kolam pancing,
restorasi terapung, rest area, ruang teater, play ground dan jogging
track.
Mudah-mudahan kamu bisa ke Soropadan sekarang, jadi ga
perlu menunggu 2 tahun lagi. Kalo kamu ke Soropadan, mampir ya ke rumahku.
Box
Pelaksanaan kegiatan Soropadan Agro Expo V 2011 bertujuan
untuk:
- Mengangkat dan menggarap potensi-potensi agro di tingkat local, regional dan nasional agar mampu bersaing secara terbuka dan professional di pasar global
- Menciptakan ajang produksi agro unggulan untuk membuka peluang pasar baru serta memperluas jejaring agribisnis bagi produsen dan pengusaha agro nasional dengan menjadikan Soropadan sebagai vendor dan sector agribisnis terkemuka.
- Membuka wawasan dan ajang pembelajaran teknologi pertanian bagi pihak-pihak yang menekuni dan berkompeten seta pihak yang berkecimpung di bidang agribisnis.
- Menciptakan forum yang mempertemukan para pelaku agribisnis dengan pihak petani produsen dengan menciptakan ajang promosi produk-produk unggulan dengan pengusaha agro baik local, nasional maupun internasional serta para stakeholder lainnya.
- Memperkenalkan dan mempromosikan berbagai produk agro unggulan nusantara pada pasar local, nasional maupun pasar global, dengan Soropadan sebagai pusat Informasi dan promosi.
- Meningkatkan akses pasar global melalui forum Temu Usaha antara Petani dan buyer local, nasional maupun Internasional
Box
Manfaat Dilaksanakannya kegiatan Soropadan Agro Expo V
2011 adalah untuk :
- Meraih peluang ekspor dan peningkatan investasi
- Meningkatkan pangsa pasar baik di dalam maupun luar negeri
- Meraih calon mitra investasi di dalam maupun di luar negeri
- Meningkatkan business networking
Pasar Induk Sandang Tegalgubug Cirebon
Bergaya Murah dan
Trendi
Oleh Eman
Mulyatman
Habis libur ngapain ya? Tentu konsentrasi kembali dengan
sekolah. Di ujung liburan kemarin. Kru Sahabat Alam menyempatkan diri ke
Tegalgubug Cirebon. Ada apa di Tegalgubug?
Dari Jakarta, awalnya kami berniat naik KA Cirebon
Ekspres. Tapi begitu sampai di stasiun Jatinegara, ternyata sudah penuh. “Ada
berdiri, tiketnya Rp 70.000,” kata petugas di loket.
Berdiri? Wah kalo begitu kami memilih jalan lain, dengan
bis. Dari staisun Jatinegara dengan menumpang mikrolet kami menuju terminal
Pulogadung. Tapi, kami tidak naik dari terminal ini melainkan terus nyambung
dengan angkot, menuju pintu Tol Cakung. Dari sini kami naik bis Luragung Jaya.
Sob, kalo kamu ingin tes adrenalin, silakan naik bis
jurusan Jakarta–Cirebon. Selain ngebut, suasana di dalamnya pun menguji
kesabaran. Pokoknya crowded banget. Ada tukang asongan, pengamen yang
tak berhenti turun naik dan amal jariah.
Kenapa ya, begitu? Ya karena bis Jakarta-Cirebon ini
dinaiki oleh para penglaju. Artinya oleh mereka yang memang bolak-balik usaha
antara Jakarta–Cirebon. Jadi sopirnya untung, karena bisnya menjadi favorit. Lihat
saja di kaca bis. Selain nama bis, tertulis juga nama julukannya. Ada Korawa,
Meteor, Relasi. Nah bis yang kami naiki berjuluk, Baraya.
Selain sopir, penumpang juga untung katanya bisa sampai
tepat waktu. Terus si pengusaha bis juga untung, karena bisnya jadi favorit.
Selain itu ada lagi yang diuntungkan, para oknum aparat. Katanya semakin banyak
pelanggaran semakin banyak setoran.
Hari itu kami membuktikan, ”Wah tampaknya sopir bis ini
urat malunya sudah dipotong,” kata rekan di samping. Bayangkan saja, ketika
macet seenaknya saja ngambil jalur kanan!
Setelah empat jam diguncang-guncang bis, perut pun terasa
keroncongan. Kami mencari makanan khas Cirebon Nasi lengko dan Empal Gentong.
Udara panas Pantura membuat kami tak berlama-lama di warung itu. Segera mencari
tempat shalat, wah ternyata fasilitas mushalla dan kamar kecilnya sedang krisis
air. Kami pun segera keluar pasar mencari masjid terdekat.
Pusat
Sandang
Daerah yang letaknya di Kecamatan Arjawinangun Kabupaten
Cirebon ini memang terkenal sebagai Pasar Induk Sandang. Jadi kalau Sob ingin beli
pakaian dengan harga murah, datang saja ke Tegalgubug. Selain murah modelnya
juga baru.
Seperti Jilbab, tersedia model mengikuti selera penonton
sinetron. Ada jilbab Ayat-Ayat Cinta, Azizah (sinetron Azizah), Ketika Cinta
Bertasbih, Che che, Marisa, Inneke, Hingga Teh Ninih. Pokoknya trendi banget
deh.
Tak heran bila barang-barang di Pasar Tegalgubug sangat
laku. Namanya saja Gubug. Tapi, jangan salah sangka perputaran uang di pasar
ini bisa mencapai kurang lebih Rp 5 miliar untuk setiap harinya. Dengan
demikian, jika dihitung satu bulan, maka perputaran uang di pasar ini bisa
mencapai kurang lebih Rp 40 miliar. Subhanallah.
Menurut Ustadz Hayani, salah seorang pedagang di
Tegalgubug, Dibukanya pasar pada Hari Selasa dan Sabtu memang sudah
kesepakatan. Waktu di luar pasaran itu dimanfaatkan untuk memenuhi pesanan.
Karena pasar ini kelasnya nasional, bahkan internasional. “Kalo saya di pasar,
terus kapan bisa silaturahim?” katanya.
Ustadz Yani, begitu pria ini biasa disapa, memulai usaha
pada 2000 silam. Modal awalnya hanya kepercayaan. “Saya ikut orang dulu selama
setahun,” katanya.
Meski sempat mengalami kerugian karena tertipu, kini
Ustadz Yani sudah memiliki empat orang karyawan. Ketika ditanya omsetnya dengan
malu-malu dia memilih Sahabat Alam untuk menebaknya. Di atas 100 juta sekali
pasaran ya? “Ya kira-kira di atas itu sedikit,” katanya.
Tegalgubug masih mengikuti pola pasar tradisional,
bukanya hari Selasa dan Sabtu. aktivitas perdagangan bahan sandang tersebut
telah mampu mengubah tingkat perekonomian warga Desa Tegalgubug. Dari pasar ini
ada profesi tambahan selain menjahit. Yaitu ojek, kuli panggul atau berjualan
makanan.
Nah kalo kamu ingin punya baju lebaran yang trendy datang
aja ke Tegalgubug. Pesan kami, harus berani nawar ya. Supaya kamu enggak
kecewa.
BOX
Asal mula
Salah seorang tokoh masyarakat setempat, Ir H Maslani
Samad (47), menjelaskan, sejarah Pasar Tegalgubug dimulai sekitar tahun 1914.
Saat itu, warga setempat menggantungkan hidupnya dengan membuat dan menjual
kemben, yakni perlengkapan kebaya kaum perempuan pada masa itu. Pasalnya, kaum
perempuan di Tegalgubug memang mahir dalam menjahit. Para pembeli kemben itu
berasal dari luar wilayah Cirebon. Mereka berdatangan dengan menggunakan pedati
pada malam hari.
Seiring berlalunya waktu, aktivitas perdagangan di Pasar
Tegalgubug pun terus berjalan. Namun, aktivitas perdagangan itu belum dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Karenanya, kaum lelaki di desa
tersebut lantas merantau ke Bandung untuk menjadi tukang becak. Tahun 1960-an,
di Bandung mulai menjamur industri tekstil. Seringkali, pabrik-pabrik tekstil
itu membuang sisa-sisa kain yang tidak mereka gunakan.
“Melihat hal itu, para tukang becak yang berasal dari
Tegalgubug memungut sisa-sisa kain tersebut dan membawanya pulang. Mereka yakin
kain-kain itu dapat dimanfaatkan bila diolah lebih lanjut oleh istri mereka
yang memang pandai menjahit,” ujar H Maslani.
Keyakinan para tukang becak itu memang tidak keliru.
Kain-kain sisa yang telah dijahit menjadi pakaian jadi itu, sangat laku dijual
di Pasar Tegalgubug. Bahkan, permintaan pun terus meningkat hingga akhirnya
mereka tak lagi hanya menggunakan kain sisa untuk dijahit menjadi pakaian jadi,
melainkan juga membeli kain secara utuh.
Melalui promosi dari mulut ke mulut, keberadaan Pasar
Tegalgubug pun semakin dikenal. Apalagi, lokasinya yang terletak di sisi jalur
utama pantura penghubung Jakarta dan Jateng, menjadikan Pasar Tegalgubug sangat
mudah untuk dijangkau oleh para pembeli yang datang dari berbagai daerah.
Tercatat, ada sekitar 5.000 pedagang yang kini berjualan di Pasar Tegalgubug.
Wakaf al Qur’an Untuk Daerah Rawan Pemurtadan
Asalamu’alaikum wr wb
Aksi-aksi pemurtadan terus berlangsung. Sementara itu,
ghazwul fikri semakin gencar. Akibatnya aqidah umat Islam terus terkikis.
Kemiskinan dan kebodohan menjadi santapan empuk bagi aksi-aksi pemurtadan.
Untuk melawannya tak ada cara, selain kembali kepada ajaran Islam. Marilah
bersinergi bersama kami untuk menyalurkan al Qur’an ke daerah rawan bencana,
berapa pun infaq yang Anda berikan akan sangat bermanfaat.
Peluncuran program ini, lebih menghidupkan kembali kekuatan
tersembunyi umat Islam yang saat ini kerap terlupakan, ta’awun atau tolong
menolong sesama umat Islam.
Dengan program ini, kami yang hanya bermodal media massa,
berharap adanya ta’awun antara umat yang punya kelebihan dana dengan aktivis
Islam atau para dai yang butuh alat utama untuk melakukan perjuangan. Dan alat
utama itu adalah al Qur’an.
Laporan Program ini akan kami muat di SABILI.
Program ini hasil kerjasama: Sahabat Alam, Forum Peduli Umat
Temanggung (FPU) dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (Magelang)
Bersama ini juga kami laporkan telah menerima sumbangan dari
Tanggal Nama Jumlah
5/12 Yudho
5.000.000
(lima juta rupiah)
Bagi pembaca yang tertarik untuk berpartisipasi, dapat
menghubungi 021-33413279 atau dapat
mengirimkan ke Rekening Bank Syariah Mandiri nomor rekening 069 703 1963 atau
BCA 412 118 1643.
Senin, 05 Desember 2011
Ekspedisi Gunung Lawu
Serasa di Komik Silat
Oleh Eman Mulyatman
Sahabat Alam diundang FPI Surakarta untuk mendaki Gunung
Lawu. Alhamdulillah ya, sesuatu banget!
Setiap perjalanan punya cerita. Dari perjalanan itu, kalau
jeli maka akan banyak hikmah yang bisa kita dapatkan. Seperti pendakian ke
Lawu. Boleh dibilang tidak ada rencana. Waktu itu SAHABAT ALAM sedang melakukan
wawancara dengan Ustadz Chairul RS, Ketua DPW FPI Surakarta. Di tengah
wawancara, Ustadz mengabarkan bahwa Sabtu (1/10) Laskar FPI Surakarta berencana
untuk mendaki gunung Lawu. “Kita biasa kok naik gunung, untuk menjaga stamina,”
katanya sedikit menantang.
Wow! SAHABAT ALAM tentu tidak menyia-nyiakan undangan
ini. Apalagi sudah lama mengidam-idamkan untuk naik ke gunung yang konon sebagai
pusat mistik di Tanah Jawa ini. Hmm….bener-bener tantangan nih. Untuk Sob eL-Ka
ketahui aja, Gunung Lawu (3.265 m) yang punya nama
asli Wukir Mahendra terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" dan telah lama
tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang terkena
erosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air
(fumarol) dan belerang (solfatara). Gunung Lawu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp
Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous. Gunung Lawu
memiliki tiga puncak: Puncak Argo Dalem, Argo Dumiling dan Argo Dumilah. Yang
terakhir ini adalah puncak tertinggi.
Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang
populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan
Sarangan. Agak ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari
masa akhir Majapahit: Candi Sukuh dan Candi Cetho. Di kaki gunung ini juga
terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu dan
Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, mausoleum
untuk keluarga Presiden kedua Indonesia, Suharto.
Jalur
Pendakian
Gunung Lawu sangat populer untuk kegiatan pendakian.
Setiap malam 1 Sura banyak orang berziarah dengan mendaki hingga ke puncak.
Karena populernya, di puncak gunung bahkan dapat dijumpai pedagang makanan.
Kami naik dari Tawangmangu. Ustadz Choirul menunjuk Warno
sebagai Pimpinan Pendakian. Penunjukkan ini berdasarkan pengalamannya yang
sudah lebih dari lima kali mendaki Lawu. Langkah Pendakian dimulai dengan
berdoa, setelah melewati Pos Pendaftaran. Bismillah, 12 orang mulai melangkah.
Pendakian standar dapat dimulai dari dua tempat
(basecamp): Cemorokandang di Tawangmangu, Jawa Tengah, serta Cemorosewu, di
Sarangan, Jawa Timur. Gerbang masuk keduanya terpisah hanya 200 m.
Pendakian dari Cemorosewu melalui dua sumber mata air:
Sendang (kolam) Panguripan terletak antara Cemorosewu dan Pos 1 dan Sendang
Drajat di antara Pos 4 dan Pos 5. Pendakian melalui Cemorokandang akan melewati
5 selter dengan jalur yang relatif telah tertata dengan baik.
Pendakian melalui cemorosewu akan melewati 5 pos. Jalur
melalui Cemorosewu lebih nge-track.
Akan tetapi jika kita lewat jalur ini kita akan sampai puncak lebih cepat
daripada lewat jalur Cemorokandang. Pendakian melalui Cemorosewu jalannya cukup
tertata dengan baik. Jalannya terbuat dari batu-batuan yang sudah ditata.
Jalur dari pos 3 menuju pos 4 berupa tangga yang terbuat
dari batu alam. Pos ke4 baru direnovasi,jadi untuk saat ini di pos4 tidak ada
bangunan untuk berteduh. Biasanya kita tidak sadar telah sampai di pos 4.
Di dekat pos 4 ini kita bisa melihat telaga Sarangan dari
kejauhan. Jalur dari pos 4 ke pos 5 sangat nyaman, tidak nge-track seperti jalur yang menuju pos 4.
Di pos 2 terdapat Watu Gedhe, ada juga yang menyebut Watu Iris (karena seperti
di iris).
Di dekat pintu masuk Cemorosewu terdapat suatu bangunan
seperti masjid yang ternyata adalah makam. Untuk mendaki melalui Cemorosewu (bagi
pemula) janganlah mendaki di siang hari karena medannya berat untuk pemula.
Baru saja melewati Pos 2 ada kejadian unik sekaligus
bikin hati berdebar-debar. Ada salah seorang rekan yang membawa cairan methanol
di botol air mineral. Ketika air itu berpindah tangan, tanpa sengaja terminum
oleh rekan yang lain yang mendapatkan giliran membawanya.
Rekan itu pun berusaha memuntahkannya. Yang lain berusaha
menetralkannya dengan memberi Susu kental manis. “Insya Allah gak apa-apa,”
kata Ustadz Choirul mengembalikan semangat.
“Iya ga apa-apa wong preman-preman itu juga suka minum
methanol, digunakan sebagai campuran Ciu, minuman oplosan,” sahut rekan
lainnya.
Alhamdulillah yang dikhawatirkan tak terjadi, kami pun
melanjutkan perjalanan. Dalam pendakian dari
Cemorosewu menuju puncak, kita akan menjumpai 4 buah pondok pada ketinggian
berturut-turut, yaitu 2.100 m, 2.300 m, 2.500 m dan 2.800 m dan Pesanggrahan
Argo Dalem pada ketinggian 3.100 m dari permukaan air laut.
Memasuki Pos 3 Ustadz Choirul menginstruksikan, “Yang mau
melanjutkan silakan yang mau istirahat silakan.” Aku yang tengah buang air
kecil mendengar instruksi itu langsung saja jalan mengikuti langkah tiga
pendaki di depan. Rupanya inilah awal dari cerita.
Begitu menyadari ketiga rekan di depan berjalan agak
pelan, saya bermaksud menyusulnya.
“Sendiri Mas?” katanya?
“Lho? Bukannya ente dari FPI?”
“O bukan Mas, kami dari MTA Solo,” katanya.
Ternyata mereka adalah tim lain. Waduh! Ternyata aku
sudah terpisah jauh dengan teman-teman FPI. Mau balik, boros tenaga lagipula
medannya cukup berat. Khawatir terjadi apa-apa. Akhirnya, aku putuskan
bergabung dengan mereka. Melanjutkan perjalanan, tanpa air, hanya berbekal
seplastik permen coklat. Lainnya, aku cuma bawa kamera. La haula wala quwatta
illa billah.
Aku segera menata diri, memperkuat tekad. “Wah kalo,
gitu, saya ikut gabung ya, mudah-mudahan teman-teman bisa menyusul.”
Selanjutnya perjalanan bagai merayap pelan. Menjelang Sendang
Drajat kami shalat subuh. Angin menampar-nampar tubuh kami. Kencang dan rasanya
seperti mau menerbangkan kami. Alhamdulillah kami tiba di Sendang Drajat
bermandikan cahaya mentari pagi. Sunrise muncul sebentar, kami bergantian
mengabadikannya. Subhanallah.
Di sendang Drajat, aku berpisah dengan teman-teman dari
MTA alias Majelis Tafsir Al-Qur’an. Kuputuskan untuk menunggu teman-teman FPI. Di
sendang Drajat ini, terdapat sebuah bangunan dari seng
yang dapat digunakan untuk bermalam dan berlindung dari hujan dan angin.
Terdapat warung makanan dan minuman yang sangat membantu bagi pendaki dan peziarah
yang kelelahan, lapar, dan kedinginan. Inilah keunikan Gunung Lawu dengan
ketinggian 3.265 mdpl, terdapat warung di dekat puncaknya.
Ketika memeriksa kantong celana, ada duit Rp 8000. Kepada
penjaga warung di sendang Drajat aku memesan mi instan dan teh manis. Yang
segera saja berpindah ke perut. Lumayan hangat.
Aku sempat tidur-tidur ayam di Gua Selarong salah satu
gua yang diberi nama sama dengan Gua pertahanan Pangeran Diponegoro. Dua orang
pendaki dari Surabaya, lumayan menemani ngobrol sambil menunggu teman-teman
FPI. Dari dia aku mendengar cerita tentang Sendang Drajat yang airnya tak
pernah habis. Padahal Oktober ini kemarau sedang hebat-hebatnya. Aku
menyaksikan dua orang peziarah yang mengambil air dari Sendang itu. Sendang Drajad, sumber air ini berupa sumur dengan garis
tengah dua meter dan memiliki kedalaman dua meter.
Di lokasi ini ada dua gua, yang merupakan tempat tafakurnya
Sunan Drajat, salah seorang Putra Sunan Ampel. Aku berdecak kagum, hebat ya
Sunan Drajat pada masa-masa itu sudah
sampai ke puncak Lawu dan mampu membuat sumur. Padahal sepanjang perjalanan
yang aku tapaki adalah batu. Tapi, setengah jam yang aku tunggu belum muncul juga.
Aku segera mengayunkan langkah kembali, melanjutkan perjalanan menuju Puncak. Lone
Ranger!....
Di atas puncak Argo Dumilah terdapat satu tugu. Di sini
aku menikmati udara puncak gunung Lawu. Seluas mata memandang, lega rasanya
hati ini. Hilang segala letih.
Puncak Argo Dumilah pada saat tertutup awan sangat indah, kita menyaksikan beberapa puncak lainnya seperti pulau-pulau kecil yang dibatasi oleh lautan awan, kita merasa berada di atas awan-awan seperti di kahyangan. Bila udara bersih tanpa awan kita bisa melihat Samudera Indonesia. Kita dapat melihat pantulan matahari di Samudera Indonesia, deburan dan riak ombak Laut Selatan sepertinya sangat dekat. Sangat jelas terlihat kota Wonogiri juga kota-kota di Jawa Timur. Tampak waduk Gajah mungkur juga telaga Sarangan.
Terdapat padang
rumput pegunungan banjaran Festuca Nubigena yang mengelilingi sebuah danau
gunung di kawah tua menjelang Pos terakhir menuju puncak pada ketinggian 3.200
m dpl yang biasanya kering di musim kemarau. Tapi, aku tak berlama-lama di Argo Dumilah, karena memikirkan teman-teman
FPI.
Aku segera turun. Ya terpaksa sendiri. Karena cuaca
terang dan tak terlalu mengkhawatirkan. Tapi, padang rumput yang luas ini cukup
bikin bingung. Aku sempat salah arah. Sesuai dengan teori, kalau tersesat lebih
baik diam dan balik saja kearah semula. Ketika sampai di titik jalan tikungan
awal aku tersesat, justru ada Warno.
“Woi…” kami teriak berbalasan. Ketika berpelukan, aku
mendengar sayup-sayup namaku dipanggil. Gemanya terasa mengharukan.
“Itu teman-teman yang mencari, ente dinyatakan hilang,”
katanya setengah tertawa.
Wah, rupanya begitu aku terpisah dari rombongan Ustadz
Choirul memecah tim, 2 orang melapor ke Pos 1 di Bawah, satu tim Ke Jagawana,
satu tim tunggu di Pos 3 dan lainnya menyusul ke atas. Aku segera menjelaskan,
mengapa sampai terpisah. Rupanya di Pos 3 aku mengikuti rombongan lain. Memang
rekan-rekan FPI ini yang aku kenal cuma satu Ustadz Choirul. Tapi, aku segera
meminta maaf, atas keteledoran ini. Mereka maklum.
Serasa di
Komik Silat
Selanjutnya Warno mengajak aku ke puncak lainnya, Argo
Dalem dan Argo Dumiling. Argo Dalem merupakan suatu tempat sepertinya
Kelenteng. Di sekitar puncak Argo Dumilah yang disebut
Hargo Dalem yang banyak disinggahi para peziarah. Di sekitar Hargo Dalem ini
banyak terdapat bangunan. Dia lalu bercerita tentang Sumur Jalatunda, sebuah gua yang disebut Sumur Jalatunda menjelang puncak,
gua ini gelap dan sangat curam turun ke bawah kurang lebih sedalam 5 meter.
Menurut pengakuan Warno, dia pernah ke sumur itu, waktu tim-nya kehabisan air. Ada
batu Gedhe, Sarangan sampai Cemorosewu. Ada juga Pawon Sewu terletak di dekat pos 5 Jalur Cemoro Sewu. Tempat
ini berbentuk tatanan/susunan batu yang menyerupai candi. Dulunya digunakan
bertapa para abdi Raja Parabu Brawijaya V.
Cerita Warno mengingatkan aku pada komik silat Indonesia
era 70-80-an yang menjadi kegemaranku. Api
di bukit Menoreh, Nagasasra dan Sabuk
Inten-SH Mintardja, Pendekar Gunung
Lawu, Kho Ping Hoo, hingga Senopati
Pamungkas-nya Arswendo Atmowiloto, membuat hati ini tak puas dengan
pendakian kali ini, serasa ingin kembali lagi. Mendaki lagi, ke gunung lagi.
“Kapan-kapan kita ke Ciremai yuk!” Kata ustadz Choirul
menyalami aku yang berpamitan.
KUIS
Pertanyaan untuk Kuis: Apa
nama lain dari Gunung Lawu?
A. Yusril Mahendra B.
Wukir Mahendra
Jangan
lupa sertakan kuponnya di Majalah ya
Langganan:
Postingan (Atom)