Entri Populer

Sabtu, 04 Desember 2010

Menjadi Sahabat Alam

A great adventure start from a first step

Stasiun televisi, banyak sekali menyajikan serial perjalanan. Dari dunia flora fauna, wisata kuliner atau penginapan. Memang mengasyikkan. Sayangnya akhir-akhir ini tampilannya seperti asal jadi. Seperti di P**y explorer, waduh kok maaf ya sampai buang angin segala ditayangin, udah gitu banyak hal-hal yang tidak mendidik dan asal.

Padahal dari sebuah perjalanan banyak hikmah yang bisa kita petik. Awalnya saya bisa menulis cerpen dari perjalanan, rasanya kalau di perjalanan itu imajinasi bebas mengembara. Jadi bercampurlah dalam cerpen itu antara pengalaman pibadi dan khayalan.

Setelah itu ikut-ikutan teman di pecinta alam SMA, wah senangnya naik gunung. Bisa menumpahkan ekspresi jiwa muda yang bergelora. Ikutan PMR tambah asyik lagi. Ternyata petualangan itu ibarat kita membaca cerpen atau cerita serial kegemaranku. Kali ini aku jadi tokoh utamanya.

Seterusnya ketika masuk Pelajar Islam Indonesia dan ikutan tarbiyah, hmm ternyata hobiku bertualang pun mendapat tempat. Ternyata banyak yang bisa kita petik dari sebuah perjalanan.

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS Al-Hajj [22] 46)

Nah setelah bekerja pun sebagai jurnalis, tak lepas dari sebuah perjalanan. Setelah berumah tangga hingga lahir anak-anak pun perjalanan pun sering dilakukan. Banyak sekali pertanyaan kanak-kanak yang meski ringan diucapkan tapi sarat nilai.

Konsep Lukman
Seperti kisah Lukman al Hakim dan anaknya. Lukman Hakim memerintahkan anaknya mengambil seekor keledai. Sang anak memenuhinya dan membawanya ke pada sang ayah. Lukman menaiki keledai itu dan memerintahkan anaknya untuk menuntun keledai.

Keduanya berjalan melewati kerumunan orang banyak. Tiba-tiba orang-orang mengecam seraya berkata, “Anak kecil itu berjalan kaki, sedangkan orang-tuanya nangkring di atas keledai, alangkah kejam dan kasarnya ia.”

Lukman bertanya kepada anaknya, “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?”

Sang anak menyampaikan tanggapan mereka. Kemudian, Lukman turun menuntun keledai. Sang anak ganti menaiki keledai. Keduanya lalu berjalan melewati keramaian di tempat lain. Tiba-tiba mereka mencemooh sang anak seraya berkata, “Anak muda itu menaiki keledai, sedangkan orang tuanya berjalan kaki, alangkah jelek dan kurang ajar sang anak.”
Lukman bertanya kepada anaknya, “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?”

Sang anak menyampaikan tanggapan mereka. Kemudian, Lukman dan anaknya sama-sama menaiki keledai berboncengan.

Keduanya melewati keramaian di tempat lain, tiba-tiba orang-orang mencerca keduanya seraya berkata, “Betapa kejam kedua orang itu, mereka menaiki seekor keledai, padahal mereka tidak sakit, dan tidak pula lemah.”

Lukman bertanya kepada anaknya, “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?” Sang anak menyampaikan tanggapan mereka. Akhirnya, Lukman dan anaknya turun dari keledai. Keduanya berjalan kaki sambil menuntunnya melewati keramaian di tempat lain.

Tiba-tiba orang-orang mengecam seraca berkata, “Subhanallah… seekor himar yang sehat dan kuat berjalan? sementara kedua orang itu berjalan menuntunnya, alangkah baiknya jika salah satu dari mereka menaikinya.” Lukman bertanya kepada anaknya, “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?” Sang anak menyampaikan tanggapan mereka.

Kemudian, Lukman menasihati anaknya: “Wahai anakku, bukankah aku telah berkata kepadamu, kerjakanlah pekerjaan yang membuat engkau menjadi saleh dan janganlah menghiraukan orang lain. Dengan peristiwa ini saya hanya ingin memberi pelajaran kepadamu.”

Pengalaman bersama anak-anak inilah ketika mengadakan suatu perjalanan yang akan menjadi serial di Sahabat Alam eL-Ka. Bagaimana naik gunung ternyata harus memutar, lalu kenapa gunung memuntahkan lahar? Sedangkan Allah Maha Rahman Rahim.

Kalau kita bersahabat dengan alam kita akan mengenal penciptanya. Dengan begitu kita akan lebih arif menyikapinya. Apalagi kita tinggal di Indonesia, negeri subur yang kaya dengan keindahan alam dan keragaman budayanya.

Tentu tak hanya alam, sejarah negeri ini pun asyik sekali kalau ditelusuri. Banyak sekali museum, situs dan komunitas yang membuat kita berdecak kagum. 

“Hikmah adl barang hilang milik kaum muslimin. Di mana saja ia ditemukan kaum muslimin berhak memilikinya.” (Eman Mulyatman)

Kontak:
Iklan dan Promosi 021-33413279
Link:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar